Thursday, 6 September 2018

DEAR, SECRET ADMIRER...



"Guz, sebelum pulang ke meja saya ya, ada titipan dari orang. 
 Tadinya dia mau kasihin ke kamu langsung tapi 3 hari kemaren kamu lagi dines keluar, jadi dititipin    di saya"

"titipan apaan mas?"

"ya nanti liat aja sendiri ya"


========================================================================


Percakapan gue sama seorang senior tadi sore, dan jujur gue sama sekali nggak penasaran dengan titipan itu. Gue pikir itu cuma paket yg dateng dari online shop atau berkas kerjaan kayak biasa.


Sampe akhirnya jam 5 tadi, gue samperin meja senior gue dan dia ngasih sebuah paper bag yang wangi banget, dan gue tengok ternyata didalemnya ada sebuah buku. Gue udah nebak, ini pasti dari cewek, karena cowok gamungkin banget nyemprotin parfum nya ke sebuah kado (berdasarkan deduksi gue karena sering nonton film detektif).


Pas gue ambil itu paper bag, dan liat bukunya, sumpah, gue kaget sekaget-kagetnya.


"LAAAHHH INI KAN SEMUA TULISAN GUE DI BLOG, ADA YANG BIKIN JADI BUKU?"


Gila sih. 10 detik pertama gue seneng gila, kayak, apa ya, ya kalian coba bayangin deh, tulisan-tulisan lo di blog, dijadiin buku sama orang, dan gue masih nggak tau orang ini siapa.


Gue coba ambil lagi paper bag nya, karena gw pikir akan ada surat disitu, ternyata nggak ada juga. Gue coba buka semua halaman di buku, berharap ada surat yang nyelip, ternyata nggak ada juga.


Sampe akhirnya gue perhatiin satu persatu halaman itu, dan ternyata.....


Di halaman terakhir buku itu, ada sebuah tulisan tambahan yang bukan bagian dari tulisan gue. Gue coba baca dan isinya bener-bener bikin gue girang, tersanjung, dan entahlah perasaan apa ini namanya. Disana si pembuat buku nyatain perasaan kagumnya sama gue dan tulisan-tulisan gue lewat sebuah tulisan yang bagus juga. Wah gila. Gila sih ini gila. Gue nggak pernah ngerasa se-berharga ini jadi manusia. Gue nggak pernah nyangka tulisan gue bisa jadi inspirasi buat seseorang sampe segininya, sampe dia mengapresiasi semua karya gue dengan cara seperti ini :')


Dan dengan ini, entah kenapa gue merasa ketampar dengan beberapa hal. Ternyata, hal-hal kecil (besar sih buat gue) kaya gini bisa bikin bener-bener bahagia. Kita gak perlu nilai dari siapa, tapi lihat nilai ketulusannya.


Gue yakin pr banget dia bikin kaya gini, dan gue gak boleh diem aja. So, tulisan ini gue dedikasikan buat pemberi buku ini





Dear salah satu anak magang yang 3 bulan kemaren ada di kantor, 

Terima kasih banyak banyaaaaakkkkk banget kamu udah menghargai dan mengapresiasi karyaku, semoga bisa tetep seperti ini. Tetap menginspirasi dan jadi tambahan semangat buatmu. Baru kali ini lho, ada orang yang kepikiran buat bikin kaya gini. Aku sendiri pun gak pernah sama sekali kepikiran buat jadiin semua tulisan-tulisanku di blog jadi sebuah buku, karena ku pikir tulisan itu nggak ada apa-apanya.

Maaf kemarin waktu kalian beres magang nggak ada di kantor, karena disuruh sama si bos buat beresin kerjaan di luar. Semoga sehat selalu, sukses dengan masa depannya. Mungkin semesta mengijinkan kita bisa ketemu lagi. Mohon maaf kalau selama di kantor ada sikapku yang menyinggung atau usil, atau sangat berisik ketawa-ketawa ganggu hari kalian. Sekali lagi terima kasih banyak. Terima kasih sudah jadi pengagum dan pengapresiasi terbaik tulisan-tulisanku :)



Jakarta, 2018
Guzti Eka Putra,
yang masih tidak percaya kalau tulisannya sudah dibukukan.

Tuesday, 26 June 2018

RANDOM THOUGHT - RANDOM FEELING


Pagi ini nggak sama seperti pagi-pagi biasanya di Jakarta. Dingin banget. Gue bangun untuk sholat subuh, dan bergegas tarik selimut lagi karena setelah kena air wudhu, entah kenapa gesekan udara dingin ke kulit gue makin berasa. Daaaaaannnnn..... wacana gue untuk lari pagi di dua hari ini terhambat gara-gara itu wkwk~ 

Padahal hampir setiap pagi selalu dikomporin sama temen gue—yang baru-baru ini gue anggap kakak—untuk lakuin olahraga pagi. Biar sehat katanya. Tapi kalau cuacanya dingin nggak mendukung kayak dua hari ini, bukan salah gue juga kan ?


===

Minggu-minggu ini di beberapa malam ke belakang, gue selalu kepikiran banyak hal. Dari mulai pikiran tentang masa depan, teman-teman, pekerjaan, sampai pikiran hal-hal negatif pun gue pikirin. Kadang gue suka bertanya dalam hati, "kenapa ya di sela-sela malam ke pagi kayak gini, orang-orang selalu kepikiran banyak hal ?"


Kadang, untuk beberapa orang, pikiran-pikiran itu dibawa terlalu dalam sampai mengganggu aktifitasnya sehari-hari. Dan nggak melulu pikiran yang bikin galau ya, kadang pikiran-pikiran menyenangkan pun bisa kasih efek yang terlalu meledak-ledak yang kurang baik untuk emosi kita.


Yap, gue menulis ini karena emang gue adalah salah satu dari sekian banyak orang yang aktifitas sehari-harinya bisa terpengaruhi oleh pikiran malam hari. Jujur, buat gue sendiri itu nggak enak, karena di saat gue harus fokus dalam kerjaan sehari-hari, tiba-tiba konsentrasi buyar cuma karena ada sepintas pikiran yang bikin galau. Pikiran yang selalu gue pikirin di malam-malam sebelumnya.


Kadang gue ingin bisa jadi orang yang cuek, yang bisa santai dalam menghadapi masalah-masalah yang lewat di hidupnya dengan gitu aja. Tapi sayangnya, sejauh ini gue belum bisa, atau mungkin nggak akan pernah bisa, karena gue mungkin memang dilahirkan jadi seorang makhluk yang sangat perasa.



===


Terlepas dari apa yang selalu gue pikirkan malam hari, gue selalu yakin dengan apa yang akan terjadi dengan hidup gue di kemudian hari. Orang tua gue selalu bilang dan yakinin bahwa hidup itu adalah tentang berbuat baik. Kalau kita berbuat baik sama orang, tanpa mengharapkan balasan pun, sedikit demi sedikit kehidupan kita akan jadi baik. Mau bagaimanapun orang bersikap sama gue, sebisa mungkin gue harus balas dengan kebaikan, or at least nggak membalas sikap nya dengan sikap yang nggak baik. Dan kata-kata tentang pelajaran hidup ini terpatri dengan sangat kokoh didalam diri gue sudah sejak lama. 


Kalau mungkin salah satu dari kalian yang baca tulisan ini merasa pernah diperlakukan nggak baik sama gue, atau merasa pernah gue sakiti, gue minta maaf dengan tulus. Percayalah pada akhirnya gue pun hanya manusia biasa yang nggak mungkin bisa lepas dari kesalahan. 


Akhir kata, melalui tulisan ini gue mau berpesan bahwa, sehebat apapun masalah yang dialami, hadapi dengan baik dan penuh tanggung jawab. Jangan biarin masalah-masalah yang ada malah jadi beban pikiran yang terlalu berat. Ingat, saat kita udah berbuat baik, akan selalu ada orang-orang di sekeliling kita yang juga berbuat kebaikan, dan bisa jadi efek dari kebaikan itu akan kita rasakan buat hidup kita. 


Jaga selalu hubungan baik sesama manusia, dan jelas yang paling penting, jaga selalu hubungan baik kita sama Tuhan. Karena apa pun yang kita lakukan di dunia, semuanya nggak lepas dari semua kebaikan Tuhan :)


===

"Sembahlah Allah dan janganlah kamu mempersekutukan-Nya dengan sesuatupun. Dan berbuat baiklah kepada dua orang ibu-bapa, karib-kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin, tetangga yang dekat dan tetangga yang jauh, dan teman sejawat, ibnu sabil dan hamba sahayamu. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang sombong dan membangga-banggakan diri." -QS: An-Nisa : 36


===



Semoga hidup kita masing-masing dan hidup orang-orang yang kita sayangi di sekeliling kita selalu diperlakukan dengan baik oleh Tuhan. aamiin.



Ditulis oleh Guzti Eka Putra
di Jakarta,
26 Juni 2018
dengan maksud yang baik


Wednesday, 12 July 2017

PEMUDA MELANKOLIS DAN BIDADARI BERMATA SENDU



Hampir setengah tahun lamanya pemuda itu tak lagi mencurahkan segala apa yang ia rasa lewat tulisan. Entah bosan, entah memang sudah tak mampu lagi berkarya, atau mungkin dia memang memilih untuk tak lagi jadi seorang pencurah rasa. Enam bulan kebelakang banyak sekali hal yang dilalui olehnya. Tak sedikit pelajaran hidup dan pengalaman-pengalaman baru mengiringi hari-harinya. Mulai dari kerjanya yang sudah 'agak' normal namun tak lagi punya waktu untuk libur, atau kenyataan pahit bahwa kecerobohannya kini malah menariknya kedalam kesepian setelah yang ia lakukan malah membuat laptop-yang-dia-anggap-setengah-nyawa nya harus dimuseumkan selama dua bulan terakhir.


Namun hidupnya tak melulu soal kepahitan. Dua bulan kebelakang juga merupakan anugerah bagi pemuda kumal berkumis cukup tebal yang sering memakai pakaian lusuh itu. Kehadiran seorang bidadari dari planet sebelah memalingkan pandangannya ke arah lain yang lebih baik dari dunia yang selama ini ia anggap tidak adil. Pemuda itu tak pernah percaya akan adanya sebuah kebetulan, meskipun segala sesuatu tentang sang bidadari adalah hal yang menakjubkan di matanya. Ini cuma propaganda dan konspirasi alam semesta, pikir pemuda tersebut.


Bidadari bermata sendu itu dikenalnya dari sebuah sosial media yang sudah ia gunakan satu tahun ke belakang. Menariknya, dari awal perkenalan sampai waktu pertama kali mereka bertemu, benar-benar bukan hal yang di sengaja. Biasanya, dalam menentukan tambatan hati, pemuda melankolis itu sudah merencanakan serangan dan melakukan pendekatan dengan hati-hati dari jauh hari. Jika diibaratkan, sang pemuda adalah seekor serigala dan wanita-wanita diluar sana adalah mangsanya. Namun tidak kali ini, serigala ini sama sekali tak berminat mencari mangsa baru. Namun apa boleh dikata, setelah pertemuan pertama yang tidak disengaja itu, hati sang pemuda bergetar juga. Serigala muda ini mulai melemah.


Tak berbeda dengan kehidupan sang bidadari sebelumnya. Segala sesuatu yang ia rasakan bersama pemuda kumal itu sangat luar biasa. Jauh dari apa yang bisa ia pikir dari logika nya. Sang bidadari yang biasanya selalu 'lari' saat ada yang mendekat, kali ini tak kuasa melawan taktik hebat alam semesta dari mempertemukannya dengan pemuda tersebut. Sampai-sampai logikanya berkecamuk melawan hatinya. Bagaimana bisa ia yang selalu menghindar dari kejaran pemangsa, saat ini sedang asik terperangkap dalam jebakan yang tidak sengaja dibuat sang pemuda. Setelah pertempuran di dalam diri yang cukup panjang, hatinya mengeluarkan jawaban dan menjadi pemenang; ya, pemuda ini tidak mengejarku, karena itulah aku tidak lari.


Dari mulai sekedar berkirim pesan singkat menanyakan hal basi sampai membicarakan sesuatu yang menurut keduanya serius, sang pemuda dan sang bidadari terlarut dalam sesuatu yang tak pernah mereka bayangkan sebelumnya. Sang bidadari berpikir bahwa semua yang mereka lalui terlalu cepat, namun lagi-lagi hatinya berlari lebih kencang dari logikanya, mengalahkan semua keraguan dalam diri, dan meyakinkan bahwa memang apa yang dilaluinya bersama sang pemuda sudah seperti yang seharusnya. Lain halnya untuk sang pemuda, hatinya justru menggebu-gebu untuk menjalani semua yang akan terjadi, namun tetap sabar dan terlihat santai dalam menghadapi semuanya.


Kini hari-hari yang dijalani sang pemuda dan sang bidadari tak lagi monoton. Segala apa yang terjadi selama waktu ini berjalan telah mengubah pandangan mereka masing-masing terhadap dunia. Rindu dan riang canda selalu terselip diantara kata-kata yang keluar di setiap percakapan mereka. Walaupun pada akhirnya mereka sadar, mereka tak dapat meminta alam semesta dan seluruh komponennya untuk terus bergerak memberikan kejutan yang selalu ingin mereka dapatkan. Tapi mereka berjanji untuk terus bergerak searah dan membuat pondasi yang kuat, sekuat kehidupan, cinta, dan pemahaman.





"...dan jika rasa ini tak bermakna, aku yakin hangatnya akan tetap sama, dan pemiliknya akan tetap engkau"

—Juang Astrajingga



Ditulis oleh Guzti Eka Putra
atas izin Alam Semesta
Jakarta, 12 Juli 2017

Saturday, 26 November 2016

A BLESSING IN DISGUISE : NOT EVERY LITTLE-THING-THAT-MATTER, CAN BE FORGOTTEN EASILY


Lewat pertemuan yang tidak sengaja itu, aku tiba-tiba tertarik akan hal-hal yang ada pada dirimu. Jika kamu pernah bilang kalau awalnya kamu tertarik karena kamu memang merasa kalau aku menarikmu sedikit demi sedikit, harus kuakui jawabannya adalah iya. Siapa yang tak tertarik dengan wanita berparas jelita sepertimu. Tapi aku tidak menyangka kalau dalam kurun waktu secepat itu, kita cepat beradaptasi dan saling berbalas hati; tak hanya sekedar berbalas puisi.


Kamu menceritakan semua keinginanmu; dari mulai yang mudah hingga keinginan yang sulit sekalipun. Kamu punya banyak rencana masa depan yang baik, kamu juga memiliki semua yang diperlukan untuk menuju ke titik itu. Aku merasa senang kalau nanti pada akhirnya, akupun terlibat dalam semua pembicaraanmu itu.


Berbeda denganmu, aku lebih banyak mendengarmu bercerita dan mengikuti saja alur yang ingin kamu buat. Tapi, ternyata hal itu malah membuat aku menjadi canggung, dan tidak tau harus bersikap apa padamu, namun aku tetap tenang dan berusaha menjadi yang terbaik.



Hari demi hari kita lalui dengan baik, walau tak jarang ada sedikit cekcok yang wajar diantara kita. Kenapa kubilang wajar? Karena untuk sampai ke titik ini, kita sampai terlalu cepat, menurutku. Tapi, lagi-lagi kata-katamu yang ajaib menyihir semua pemikiranku.




"Aku nggak mau ngeremehin hal-hal yang terjadi meskipun cuma beberapa hari, hal-hal yang berlangsung bertahun-tahun aja belum tentu bisa menjamin apa-apa buat hidupmu ke depan. Nggak ada salahnya kita percaya sama hal-hal yang instan."



Setelah semua kata ajaib itu keluar, aku semakin jatuh. Jatuh di tempat yang aku merasa bukan seharusnya ditempati olehku. Bagaimana mungkin seseorang sepertimu harus melalui masa-masa berharga seperti ini hanya dengan orang macam aku. Di titik ini, harus kunyatakan dengan yakin kalau kamu sudah merubah aku, merubah hidupku menjadi lebih baik. Segala pemikiran-pemikiran yang selama ini kukira hanya ada di kepalaku, ternyata kamu pun memilikinya. Tahap kedewasaanku bertambah satu tingkat lebih tinggi setelah bertemu denganmu. Dengan yakin, kuteriakkan lantang di dalam hati, bahwa nanti apapun yang terjadi, baik kita akan bersama atau tidak, kamu tidak akan aku lupakan. Tidak akan pernah.


***


Musim hujan belum juga selesai, namun setiap harinya perselisihan diantara kita selalu ada. Tak jarang, kebodohan yang kulakukan malah makin membuat perasaanmu berantakan. Padahal, menurutku itu adalah cara untuk membuatmu lebih baik, tapi anehnya, semua cara yang kupilih untuk kulakukan malah selalu membuat kamu merasa lebih tersakiti dan merasa tidak kuperlakukan dengan baik. Aku tau, aku memang orang yang dengan mudahnya menyimpulkan sesuatu.


Semesta seakan selalu mendukung keputusan yang aku lakukan menjadi keputusan yang salah. Aku semakin terlihat buruk dimatamu setiap harinya, Kamu menahan semua amarah dan kekesalanmu, aku tahu itu. Tapi aku malah takut, karena nanti pada suatu hari semua yang kamu tahan dalam dadamu itu keluar, aku harus angkat kaki dari tempatku sekarang.


Hingga pada malam itu, aku melakukannya lagi. Kalau biasanya aku memilih untuk diam dan mengalah, tapi kali ini entah mengapa rasanya ingin sekali aku melawan semua kata-katamu; semua argumenmu. Aku juga punya harga diri sayang, itu yang aku pikirkan. Perselisihan malam itu hanya sebentar, sampai akhirnya kamu mengeluarkan itu semua; keresahan yang selama ini ada di dalam dadamu. Kamu bilang bahwa kita telah selesai, dan kamu menitahku untuk mencari penggantimu saja karena kamu sudah muak denganku. Aku cuma diam, tak bisa berkata apa-apa lagi setelah itu.


Aku terdiam, semakin diam, dan mulai berpikir. Semua pertengkaran ini hanya dalam waktu singkat, dan aku harus angkat kaki dari tempat yang hanya dalam waktu singkat pula aku mendapatkannya dan menetap disitu. Apa ini maksud dari semua kata-kata ajaibmu waktu itu? Bahwa hal-hal yang berlangsung singkat itu memang tidak bisa diremehkan. Sekali lagi, itu hanya pemikiran singkatku, aku selalu cepat mengambil kesimpulan. Kamu selalu ingat itu.


Aku, sebagai seorang yang tentu punya prinsip dan harga diri, akhirnya harus kalah; entah mengalah. Aku tidak tahu sebutan apa yang lebih tepat untuk kutuliskan disini. Jika memang seseorang sudah menyuruhku pergi, maka aku harus pergi. Jika seseorang sudah mengusirku, maka aku tak boleh tetap ada di tempat itu. Aku harus pergi, demi dirimu dan semua harga diriku.


Akhirnya kita sampai di titik ini, titik dimana kita seakan tak pernah jadi dua orang yang saling berbalas hati; juga puisi. Aku hanya bisa terus memandang dan-tetap-mengagumimu dari kejauhan. Jauh dari kerumunan orang-orang yang biasa jadi lingkungan tempat kita mempertunjukkan kasih. Sakit dari dalam hati kemudian muncul, dan aku merasa bisa menikmati ini. Karena lagi-lagi, seperti katamu yang tak pernah meremehkan hal-hal yang terjadi dalam waktu singkat, aku berharap perasaan ku sekarang ini, hanya menyiksaku dalam waktu yang singkat juga.


Terima kasih, untuk semua hal singkat yang pernah kuterima, itu indah.
Terima kasih, untuk semua kata-kata ajaib yang sampai saat ini masih ada di dalam kepalaku, itu melekat.
Terima kasih, untuk semua pemikiran dan kecocokan-kecocokan yang selalu kita perbincangkan, itu mendewasakan.


Semoga kamu mendapat apa yang selalu kamu rencanakan dalam hidupmu, karena itu harus.
Dan aku meminta maaf untuk terakhir kali jika sampai detik ini aku masih mengagumimu.
Dan sekali lagi, dengan yakin, kuteriakkan dengan lantang di dalam hati, kamu tidak akan aku lupakan. Tidak akan pernah; walau nyatanya kita tidak berakhir bersama.



Ditulis dibawah lampu yang remang dan saat cuaca diluar sedang hujan deras.
Dengan ditemani secangkir kopi dan alunan lagu Said & Done dari A Skylit Drive.
Cimahi, 26 November 2016
jam 5 sore lewat 8 menit

Guzti Eka Putra

Wednesday, 2 November 2016

TAPI, MENINGGALKANMU BUKANLAH SEBUAH KESALAHAN


Di siang ini, gue tiba-tiba teringat tentang suatu kejadian. Tapi, sebelum gue tuangin segala sesuatunya disini, gue coba menenangkan diri gue dulu, gue pasang earphone dan putar lagu Hidupkan Mimpi nya Danger Ranger.


Oke, sekarang gue siap. Gue mulai ya.....
Eh iya, btw, gue bakal sampein cerita ini dengan gaya nulis gue yang nggak biasa.
Semoga masih berkenan~



***


"Lucu juga dia yang pake kacamata"
"Mana sih mana?"
"Itu lu liat nggak?"
"Hmm.. boleh, sih. Berani lu deketin?"
"Coba aja nggak ada salahnya lah.."
"Iya sih, yaudah, gih"
"Oke, kapan-kapan"
"Hahahahahaha, tai! Udah lah, yok lanjut"
"Sip, kuy kuy"



Berhari-hari setelahnya, entah ada keberuntungan apa yang menimpa saya. Perempuan yang saya bicarakan dengan teman tempo hari, kebetulan ada di dekat saya. Lantas, kesempatan yang datang tentunya tidak saya sia-siakan. Saya mengajaknya berkenalan, dan untungnya dia mau. Walaupun di awal-awal pembicaraan dia terlihat sangat jutek, tapi setelah ditelaah lebih jauh ternyata dia seorang yang pendiam. Mungkin kehadiran saya memang mengganggunya, makanya dia bersikap seolah mau-tak-mau meladeni saya.



Hari demi hari berlalu. Minggu demi minggu. Hubungan kami semakin dekat semenjak saling bertukar akun media sosial dan juga nomor telefon. Di awal perkenalan yang memang niat saya hanya sekedar bersilaturahmi menambah teman, nyatanya berlanjut sampai sejauh ini. Namun kemudian, ada sesuatu yang akhirnya harus kami sama-sama terima bahwa dia, perempuan yang akhir-akhir ini selalu menemani saya, harus pergi ke suatu tempat yang jauh. Kemudian, sebelum dia pergi, dia meminta kejelasan untuk semua hal yang kami lalui, dan, saya yang tidak terbiasa dengan hal ini, tentu saja, memberikan jawaban yang paling tidak ingin dia dengar. Dan kemudian, dia pergi....


***


Tidak lama setelah kepergiannya, saya tetap menjalani kehidupan saya yang biasa-biasa saja ini seperti biasa. Tidak ada yang berbeda. Sampai akhirnya, kehidupan berputar sekali lagi untuk mempertemukan kami. Iya, kami. Saya dan perempuan tempo hari. Tapi kali ini, ada yang berbeda. Entah, siapa diantara kami yang berubah. Saya melihatnya menjadi berbeda karena tentu saja itu dari sudut pandang saya. Dia pun melihat saya menjadi berbeda karena tentu saja itu dari sudut pandangnya. Tapi, saya tidak mau mempermasalahkan ini. Saya mengalah setiap ada sesuatu yang kira-kira akan memicu hubungan kami yang tidak jelas ini menjadi semakin tidak jelas nantinya. Itu memang tugas seorang laki-laki, bukan?



Sampai suatu ketika, saya mulai semakin tidak nyaman dengan sikapnya yang seolah-olah dia memiliki saya sepenuhnya. Padahal, sejak awal kami sudah membicarakan kemana arah hubungan ini. Tentu saja, saya, sebagai laki-laki yang tidak suka dikekang sedikit kecewa dengan perbuatannya. Namun, setelah saya sampaikan, dia bilang dia bisa mengerti. Namun sayangnya, sikap masing-masing dari kami dalam menjaga hubungan ini menjadi berbeda. Entah apa yang menyebabkan saya jadi seperti ini. 



Akhirnya, saya merasa sudah tidak ada lagi yang bisa saya perjuangkan untuknya. Karena rasa yang selama ini saya bangun, hilang begitu saja. Silahkan salahkan saya untuk semua ini, tapi memang inilah kenyataannya. Namun, ternyata tidak untuknya. Dia malah semakin menumbuhkan perasaannya. Tinggi, tinggi, dan semakin tinggi. Hingga saya tak tahu lagi dengan cara apa saya harus meninggalkannya. Bukan karena tidak mau berusaha bertahan, tapi karena memang saya tidak mau membohongi diri sendiri. Jika sudah tidak ada rasa lagi, lantas apa saya harus berbohong untuk pura-pura menyayangi? Tidak, sayang. Itu lebih keji.



Kemudian terbesit di dalam pikiran saya, yang mau tidak mau, suka tidak suka harus saya lakukan untuk bisa meninggalkannya. Saya berpikir untuk menjadi lelaki brengsek di depan mukanya. Sekali lagi, jika kalian membaca tulisan ini, silahkan salahkan saya dan hina saya semau kalian, tapi saya tidak akan pernah mau membohongi perasaan yang ada di dalam diri saya sendiri.



Entah kenapa, lagi-lagi seakan dunia berpihak pada saya. Tiba-tiba ada satu perempuan lain yang saya pikir bisa saya jadikan sebagai alasan untuk menjadi brengsek. Hingga akhirnya, semua yang saya rencanakan terjadi. Dia harus melihat saya seakan berhubungan dekat dengan perempuan ini. Hingga dia meluapkan semua kemarahan dan kehancuran hatinya pada saya. Dia dan hatinya hancur, mungkin berkeping-keping, tapi entah, saya tidak tahu pasti. Satu yang pasti saya tahu, saya berhasil membuat diri saya terlihat sebagai orang brengsek di mata indahnya. 


***


Manusia membuat kesalahan di dunia ini, tapi meninggalkanmu bukanlah sebuah kesalahan, sayang.
Satu-satunya kesalahan yang saya lakukan adalah; memulai sesuatu yang tidak bisa saya selesaikan dengan baik; mencoba menyayangimu.



Kemudian, ingin rasanya saya membuatkanmu sebuah puisi untuk bisa sedikit mencoba mengobati hatimu. Tapi, sepertinya tidak mungkin berhasil. Karena apapun yang saya lakukan sekarang, sudah tidak akan pernah ada artinya lagi untukmu. Jadi, saya tidak akan membuat puisi untukmu. Saya hanya akan memberi satu puisi yang bisa mewakili segala sesuatunya untukmu. Terima kasih...


Aku benci kata 'maaf',
karena kata setelahnya,
pasti menyakitkan.

Pun jangan juga ucapkan 'selamat tinggal',
karena tak ada hati yang selamat
saat ditinggal.

Terima kasih,
atas kasih yang pernah kuterima.

-andhikahadip, Jakarta, 2016-


***


"Apa yang kan terjadi bila ku bermimpi Kau hadir disini berharap tuk kembali padaku Kisah kita yang telah lama kau padamkan Tak akan pernah menghilang walau kau pikir telah usai
 Dan bila semua harus ku akhiri Ku ingin agar kau mengerti Kulakukan semua untukmu...."


Siang bolong di awal bulan November,dan bukan berdasarkan pengalaman pribadi
Guzti Eka Putra2016