Friday 14 October 2016

SO WRONG, IT'S RIGHT - MAKE A YOUTH NOT WASTED


Banyak yang bilang, kalau masa muda itu harus di nikmati dengan sebaik-baiknya. Namun, ada saja hal-hal yang bikin kita jadi kurang bisa menikmati masa muda. Salah satunya adalah pertemanan yang kita jalani, dan bagaimana cara kita berteman. Nggak bisa dipungkiri kalau nyatanya, teman-teman lah yang membuat masa muda kita lebih berwarna. Teman-teman lah yang bisa membuat kita menikmati hidup, tapi, nggak jarang terjadi juga kalau pada akhirnya teman-teman juga lah yang kadang bikin kita males buat jalanin hidup. Sejauh ini gue bener?


Oke lanjut.


Pernah nggak sih kalian ngerasa cemburu sama sahabat kalian, yang ternyata di kehidupannya sekarang, mereka punya sahabat baru yang akhirnya bikin hubungan kalian jadi jauh sama mereka.
Biasanya, hal-hal di kehidupan yang men-trigger terjadinya kerenggangan antar sahabat adalah terpisahnya lingkungan bermain karena udah beda sekolah atau beda kampus. 


Di lingkungan baru, orang cenderung memulai kembali fase adaptasi dalam dirinya agar bisa mendapat 'tempat' dimana dia berpijak sekarang. Siapa sih yang mau nggak punya teman di lingkungan baru? Naluri manusia sebagai makhluk sosial tentu memicu keinginan seorang individu untuk mencari teman demi kenyamanannya dalam menggeluti kegiatannya di lingkungan baru tersebut. 


Nah, setelah berlangsungnya proses adaptasi, muncul yang namanya kenyamanan. Nyaman berteman dengan orang-orang yang sebelumnya juga sama-sama beradaptasi untuk menciptakan warna baru dalam kehidupan pertemanannya. Semakin nyaman dengan sesuatu yang baru, membuat seseorang lama kelamaan perlahan meninggalkan semua kebiasaan lamanya. Termasuk orang-orang di 'kehidupan lama' nya.


Lantas, kita sebagai sahabat dekat yang akhirnya menyadari perubahan dari sahabat kita tersebut kemudian merasa cemburu karena merasa sudah tidak lagi mendapat perhatiannya. Sudah jarang main bareng, sudah jarang bertemu, bahkan untuk saling berkirim pesan teks di media sosial pun rasanya enggan dan jatuhnya terasa lebih kaku. Padahal, sebelumnya, kita lah yang selalu ada untuk mereka. Pertanyaannya adalah, kenapa bisa seperti itu?


Gue pribadi memandang hal seperti ini sebagai sebuah proses hidup menuju dewasa yang memang harus kita rasakan di masa muda. Di masa-masa menuju dewasa kayak gini, tentunya pikiran kita semakin terbuka, ruang lingkup yang kita jelajahi juga lebih luas dari sebelumnya, dan tentu saja banyak dunia baru yang sebelumnya belum pernah kita masukin bakal kita masukin dengan mau-nggak-mau di fase sekarang ini.


Biasanya kalau kita sudah merasa seperti ini, kita hanya selalu berpikir kalau sahabat-sahabat kita lah yang berubah. Kita masih disini-sini aja, ngelakuin hal yang itu-itu aja, dan masih gitu-gitu aja. Padahal, nyatanya, tanpa kita sadari, kebiasaan kita pun mulai berubah. Nggak percaya? Oke gue jelasin.


Misalnya, dulu kita yang biasa main sama si A, untuk nongkrong di tempat B dan ngelakuin sesuatu yang sama-sama kita senengin bareng-bareng. Setelah si A mengalami proses seperti yang gue jabarin diatas, kita udah nggak bisa ngelakuin itu lagi kan. Hal itu secara nggak sadar membuat kita untuk cari kebiasaan baru yang lain untuk ngabisin waktu kita. Semakin lama kita meninggalkan kebiasaan dan nggak pernah lagi dapetin suasana yang dulu bikin kita nyaman, semakin terbentuk pula kebiasaan baru yang akhirnya merubah pola pikir dan suasana hati kita. Well, nyatanya kita sendiri berubah juga kan? Menikmati rasanya dunia baru juga kan? Beradaptasi juga kan? 


So, menurut gue, cemburu bukanlah sesuatu yang harus kita lakukan terhadap sahabat yang dunianya sudah 'berubah'. Justru, harusnya kita berterima kasih sama mereka, karena berkat berubahnya mereka, maka diri kita sendiri pun akhirnya ikut merasakan perubahan juga ☺.


♥♥♥


Semoga semua perubahan yang terjadi dalam hidup kita, semuanya akan membawa kita menjadi sesuatu yang lebih baik. Karena apalah arti perubahan kalau tidak berakhir baik.
Selamat mengarungi masa muda, selamat menempuh kerasnya semua proses menuju kedewasaan yang kita idamkan dengan jalannya masing-masing. 


Gue selalu percaya satu hal, hanya akan ada satu sudut di alam semesta ini yang gue yakin akan berubah jadi lebih baik, yaitu diri gue sendiri. Karena apapun yang terjadi, gue yakin sebenarnya hal-hal tidaklah berubah, tapi kita sendiri yang berubah.


Terima kasih, semua yang pernah ada dan kini tiada.
Terima kasih, semua yang semula tak ada dan kini tetap setia.



Ditulis dengan penuh memori manis di kepala,
dan rasa syukur di hati.

Jakarta, 14 Oktober 2016
sekitar jam 10 malam

Guzti Eka Putra