Pagi datang lagi
dan malam masih tetap sama
menghilang bersamaan dengan datangnya sorot cahaya Sang
Pencipta
Begitupun rasa ini
seakan terus memaksa untuk memuja
biarpun sudah ia buang jauh ke tempat dimana angin tak
sanggup lagi hembuskan Rindu nya
Malam datang lagi
dan pagi ini tampak berbeda
datang seorang diri tanpa ditemani raga yang dulu berarti
apa-apa, dia bingung penuh tanya
Lantas bagaimana rasa ini
yang masih tertinggal begitu saja
sekalipun sudah dia tanam sekali lagi di lahan yang
menurutnya layak ; Harapan nya
Kemudian lebih jauh lagi
Eksekusi perasaan yang gagal diterjemahkan
Selalu tentang ini semua, seperti tak ada lagi yang bisa
dijajakan
Pada akhirnya ia putuskan
Apa yang menurutnya pantas dilakukan
Meski harus bersembunyi di antara lekukan
Senyuman yang datang bersamaan dengan hangatnya pelukan
hujan
Menghempaskan tubuhnya begitu saja ke balik tirani
Padahal ia bersikeras mempertahankan harga dirinya di perahu
yang sama
***
Baginya, ini semua hanya sekedar phobia
Yang terselip diantara kata-kata
Begitu klise dan mengikis perasaan
Demikian pula di dalam dirinya
Selaras dengan apa yang dia nantikan di luar
Apapun yang terjadi, tetap bergerak maju
Seolah tak peduli apapun yang selama ini terjadi
Saat lirih nya terbaca nanti
Akankah ia merasa hidup sekali lagi?
ditulis oleh Guzti Eka Putra
tanggal 2 November 2015
di pagi hari yang penuh elegi